Sejarah Indonesia

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, Era Kolonial, Era Kemerdekaan Awal, Era Orde Baru, Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.

Peninggalan Sejarah

Banyak kota-kota di Indonesia yang meninggakan sejarah dan aset-aset budaya yang harus kita abadikan, Peninggalan-peninggalan di bawah ini sebisa mungkin akan kami jabarkan satu persatu di postingan tersendiri...

Sejarah Nusantara

Sejarah Nusantara dalam tulisan ini dimaknai sebagai catatan mengenai rangkaian peristiwa yang terjadi di kepulauan antara Benua Asia dan Benua Australia sebelum berdirinya Republik Indonesia.

Peperangan di Indonesia

Banyak peperangan besar yang terjadi di Indonesia melawan pemerintah kolonial, mulai dari Perang Aceh, Perang Padri, Perang Diponegoro, dan sebagainya.

Kejadian Sejarah dan Asal Usulnya

Banyak kejadian sejarah di dunia ini, Indonesia pada khususnya maupun asal usul yang ada di belakang kejadian tersebut.

Thursday, February 23, 2012

Prasasti Cidanghiyang (Lebak)

Prasasti Cidanghiyang (Prasasti Lebak) adalah salah satu prasasti yang berasal dari kerajaan Tarumanagara dan terletak di wilayah Pandeglang.

LOKASI
Prasasti Cidanghiyang terletak di tepi (sungai) Cidanghiyang di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang. Koordinat lokasi prasasti ini adalah 0°55’40,54” BB (dari Jakarta) dan 6°38,27’57”

PENEMUAN
Prasasti Cidanghiyang dilaporkan pertama kali oleh Toebagus Roesjan kepada Dinas Purbakala tahun 1947 (OV 1949:10), tetapi diteliti pertamakli tahun 1954.

JENIS BAHAN
Prasasti Cidanghiyang dipahatkan pada batu dengan bentuk alami (3 x 2 x 2 meter).

ISI
Prasasti Cidanghiyang ditulis dalam aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh (bentuk aksaranya mirip dengan yang digoreskan pada Prasasti Tugu dari periode yang sama).

Teks
Vikranto ‘yam vanipateh/prabhuh satya parakramah narendra ddhvajabhutena/ srimatah purnnawvarmanah

Terjemahan
"Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia, yang Mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja-raja."

Prasasti Tugu

Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti yang berasal dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

LOKASI
Prasasti Tugu ditemukan di kampung Batutumbuh, desa Tugu, tepatnya pada koordinat 0°06’34,05” BT (dari Jakarta) dan 6°07’45,40”LS yang sekarang menjadi wilayah kelurahan Tugu selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara

PENEMUAN
Pada tahun 1911 atas prakarsa P.de Roo de la Faille Prasasti Tugu batu dipindahkan ke Museum Bataviaasch genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional) serta didaftar dengan nomor inventaris D.124.

ISI
Prasasti Tugu bertuliskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh yang teridiri dari lima baris melingkari mengikuti bentuk permukaan batu. Sebagaimana semua prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara umumnya, Prasasti Tugu juga tidak mencantumkan pertanggalan. Kronologinya didasarkan kepada analisis gaya dan bentuk aksara (analisis palaeografis). Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa prasasti ini berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi. Khusus prasasti Tugu dan prasasti Cidanghiyang memiliki kemiripan aksara, sangat mungkin sang pemahat tulisan (citralaikha > citralekha) kedua prasasti ini adalah orang yang sama.

Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya, Prasasti Tugu merupakan prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan Sri Maharaja Purnawarman. Prasasti ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Purnnawarmman pada tahun ke-22 sehubungan dengan peristiwa peresmian (selesai dibangunnya) saluran sungai Gomati dan Candrabhaga.

Prasasti Tugu memiliki keunikan yakni terdapat pahatan hiasan tongkat yag pada ujungnya dilengkapi semacam trisula. Gambar tongkat tersebut dipahatkan tegak memanjang ke bawah seakan berfungsi sebagai batas pemisah antara awal dan akhir kalimat-kalimat pada prasastinya.
 
Teks:
pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau//
pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana//
prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih
ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka//
pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina//

Terjemahan:
“Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan yang memilki lengan kencang serta kuat yakni Purnnawarmman, untuk mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja-raja, (maka sekarang) beliau pun menitahkan pula menggali kali (saluran sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap bulan Caitra, jadi hanya berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut panjangnya 6122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan”

Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten atau Prasasti Pasir Muara adalah salah satu prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara

LOKASI
Prasasti Muara Cianten terletak di tepi(sungai) Cisadane dekat Muara Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara.

BAHAN
Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu besar dan alami dengan ukuran 2.70 x 1.40 x 140 m3. Peninggalan sejarah ini disebut prasasti karena memang ada goresan tetapi merupakan pahatan gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi.

PENEMUAN
Prasasti ini pertamakali ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864.

Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Ciampea adalah salah satu prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara

LOKASI
Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur, kecamatan Jonggol, kabupaten Bogor tepatnya pada koordinat 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan 6°32’27,57”. Berada di puncak ketinggian perbukitan, dengan arah tapak kaki atau posisi berdiri menghadap ke arah utara-timur. Posisi berdiri berada di sisi yang curam yang memberikan pandangan luas ke wilayah bukit dan lembah di bawahnya. Secara spesifik, jika kita berdiri persis di atas tapak kaki, kita merasakan posisi berdiri yang cukup santai dan tanpa perasaan takut walaupun berada di sisi yang curam.

BAHAN
Prasasti Pasir Awi telah diketahui sejak tahun 1867 dan dilaporkan sebagai prasasti Ciampea. Peninggalan sejarah ini dipahat pada batu alam.

ISI
Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.

PENEMUAN
Prasasti ini pertama kali ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864.

Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau Pasir Kolengkak adalah prasasti yang berasal dari Kerajaan Tarumanagara yang ditemukan di daerah perkebunan jambu kira-kira 30 km sebelah barat Bogor.

LOKASI
Prasasti Jambu terletak di Pasir Sikoleangkak (Gunung Batutulis ±367m dpl) di wilayah kampung Pasir Gintung, Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Koordinat 0°15’45,40” BB (dari Jakarta) dan 6°34’08,11”. Dahulu pada masa kolonial Belanda lokasi ini termasuk Perkebunan Karet Sadeng-Djamboe tetapi sekarang disebut PT.Perkebunan XI Cikasungka-Cigudeg- Bogor.

PENEMUAN
Prasasti Jambu ditemukan pertamakali tahun 1854 oleh Jonathan Rigg dan dilaporkan kepada Dinas Purbakala tahun 1947 (OV 1949:10), tetapi diteliti pertamakali pada tahun 1954.

JENIS BAHAN
Prasasti Jambu dipahatkan pada batu dengan bentuk alami (sisi-sisinya berukuran kurang lebih 2-3meter).

ISI
Prasasti Jambu terdiri dari dua baris aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Sragdhara. Pada batu prasasti ini juga terdapat pahatan gambar sepasang telapak kaki yang digoreskan pada bagian atas tulisan tetapi sebagian amvar telapak kaki kiri telah hilang karena batu bagian ini pecah.

Prasasti ini menyebutkan nama raja Purnnawarmman yang memerintah di negara Taruma. Prasasti ini tanpa angka tahun dan berdasarkan bentuk aksara Pallava yang dipahatkannya (analisis Palaeographis) diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi.

Teks:
siman=data krtajnyo narapatir=asamo yah pura tarumayam/ nama sri purnnavarmma pracura ri pusara bhedya bikhyatavarmmo/
tasyedam= pada vimbadvayam= arinagarot sadane nityadaksam/ bhaktanam yandripanam= bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam//


Bunyi terjemahan prasasti itu adalah:
"Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termashyur Sri Purnawarman yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya."

Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebonkopi I (dinamakan demikian untuk dibedakan dari Prasasti Kebonkopi II) merupakan salah satu peninggalan kerajaan Tarumanagara.

LOKASI
Prasasti Kebonkopi I ditemukan di Kampung Muara, desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, pada abad ke-19 ketika dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi. Sejak itu prasasti ini disebut Prasasti Kebonkopi I hingga saat ini masih berada di tempatnya (in situ).

PENEMUAN
Prasasti Kebonkopi pertama kali dilaporkan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864 yang kemudian disusul pendeta J.F.G. Brumun (1868), A.B. Cohen Stuart (l875), P.J. Veth (l878, 1896), H. Kern (1884, 1885, 1910), R.D.M. Verbeek (1891) dan J.Ph. Vogel (1925).

BAHAN
Prasasti Kebonkopi dipahatkan pada salah satu bidang permukaan batu yang “batunya” cukup besar dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta yang disusun ke dalam bentuk seloka metrum Anustubh yang diapit sepasang pahatan gambar telapak kaki gajah.

Teks:
~ ~ jayavisalasya Tarumendrasya hastinah ~ ~
Airwavatabhasya vibhatidam= padadvayam


Terjemahan: “Di sini nampak tergambar sepasang telapak kaki…yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam….dan (?) kejayaan”

Sedangkan Prasasti Kebonkopi II ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebonkopi I dan dinamakan demikian untuk dibedakan dari prasasti pertama. Prasasti ini sudah hilang. Pakar F. D. K. Bosch, yang sempat mempelajarinya, menulis bahwa prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu, menyatakan seorang "raja Sunda" naik tahta dan menanggalkan peristiwa ini tahun 932 Masehi.

Bosch melihat penggunaan bahasa Melayu sebagai tanda pengaruh Sriwijaya di kawasan Jawa Barat. Dia juga membandingkan tahun 932 Masehi dalam prasasti ini dengan tahun 929 saat kekuasaan pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Sejarahwan Prancis Claude Guillot dari lembaga penelitian École française d'Extrême-Orient memperkirakan prasasti Kebonkopi II ini mengacu ke pendirian kerajaan Sunda. Sejarahwan Australia M. C. Ricklefs mengikuti perkiraan ini dalam bukunya A History of Modern Indonesia since c. 1200.

Wednesday, February 22, 2012

Daftar prasasti di Nusantara

Prasasti Nusantara adalah prasasti yang berasal dari wilayah Nusantara. Prasasti-prasasti ini ditulis dalam aksara serta bahasa-bahasa asli Nusantara dan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta. Di bawah ini disajikan daftar seleksi beberapa prasasti Nusantara yang penting atau menarik. Semua tahun yang disebut di bawah ini adalah tahun Masehi.






BAHASA SANSKRERTA
  • Prasasti Mulawarman, Kutai, ~ 400
  • Prasasti Kebon Kopi, Ciampea, Bogor, ~ 400
  • Prasasti Tugu, Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, abad ke-5
  • Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, abad ke-5
  • Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
  • Prasasti Muara Cianten atau Prasasti Pasir Muara, Ciampea, Bogor, 536
  • Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor, abad ke-5
  • Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Ciampea, Citeureup, Bogor,
  • Prasasti Tukmas, Dakawu, Grabag, Magelang, Jawa Tengah, ~ 500
  • Prasasti Canggal, Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Salam, Magelang, Jawa Tengah, 732
  • Prasasti Tri Tepusan, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, 842
  • Prasasti Mula Malurung, Kediri, 1255

BAHASA MELAYU
Prasasti-prasasti berikut berbahasa Melayu, baik bahasa Melayu Kuna maupun Melayu Klasik (Pertengahan).
  • Prasasti Sojomerto, Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah, awal abad ke-7 paling tua.
  • Prasasti Kedukan Bukit, Palembang, Sumatra Selatan, 16 Juni 682
  • Prasasti Talang Tuwo, Palembang, Sumatra Selatan, 23 Maret 684
  • Prasasti Kota Kapur, Kota Kapur, Bangka, 686
  • Prasasti Bukateja, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah, abad ke-6 atau ke-7
  • Prasasti Karang Brahi, Karangberahi, Jambi, abad ke-7
  • Prasasti Telaga Batu, Palembang, Sumatra Selatan, abad ke-7
  • Prasasti Palas Pasemah, Palas,Lampung, abad ke-7
  • Prasasti Raja Sankhara, Sragen, Jawa Tengah, abad ke-8 (kini hilang).
  • Prasasti Kayumwungan, Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah, 824 (dwibahasa, Melayu Kuna dan Jawa Kuna)
  • Prasasti Gandasuli I dan II, Candi Gondosuli, Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, 832
  • Keping Tembaga Laguna, Manila, Filipina, 900
  • Prasasti Hujung Langit, Hujung Langit, Lampung, 997
    Prasasti Dewa Drabya, Dieng, Jawa Tengah
  • Prasasti Mañjuçrighra, Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, 2 November 792M
  • Prasasti Terengganu, Trengganu (Malaysia), (abad ke-14, yaitu 1303, 1326 atau 1386)
  • Prasasti Minyetujoh, Minye Tujuh, Aceh, 1380

BAHASA JAWA
Prasasti-prasasti berikut berbahasa Jawa, baik Jawa Kuna (Kawi) maupun Baru.
  • Prasasti Plumpungan, Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah, 24 Juli 750
  • Prasasti Sukabumi, Sukabumi, Pare, Kediri, Jawa Timur, 25 Maret 804
  • Prasasti Kayumwungan, Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah (dwibahasa), 824
  • Prasasti Siwagrha (Prasasti kakawin tertua Jawa), 856
  • Prasasti Taji, 901
  • Prasasti Mantyasih, Desa Meteseh, Magelang Utara, Jawa Tengah, 11 April 907
  • Prasasti Rukam, 907
  • Prasasti Wanua Tengah III, 908
  • Prasasti Wurudu Kidul, tanpa tahun, ~ 922
  • Prasasti Mula Malurung, Kediri, 1255
  • Prasasti Sarwadharma, pemerintahan Kertanegara, 1269
    Prasasti Sapi Kerep, Desa Sapi Kerep, Sukapura, Probolinggo, 1275
  • Prasasti Singhasari 1351, Singosari, Malang, Jawa Timur, 1351
  • Prasasti Ngadoman, Ngadoman (Salatiga), Jawa Tengah, 1450
  • Prasasti Pakubuwana X, Surakarta, Jawa Tengah, 1938

BAHASA BALI
  • Prasasti Blanjong, Sanur, Bali, 913 (dwibahasa, Bali Kuna dan Sanskerta)
  • Prasasti Bebetin, Sawan, Buleleng, Bali, 1049 (salinan dari asli yang berasal dari tahun 896)
  • Prasasti Pandak Badung, Tabanan, Bali, 1071

BAHASA SUNDA
  • Prasasti Astana Gede, Kawali, Ciamis, Jawa Barat ~ 1350
  • Prasasti Batutulis, Bogor ~ 1533
  • Prasasti Kebantenan, Bekasi, Jawa Barat ~ 1521
  • Prasasti Galuh, Galuh, Ciamis, Jawa Barat ~ 1470
  • Prasasti Rumatak, Geger Hanjuang, desa Rawagirang, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat ~ 1111
  • Prasasti Cikajang, Cikajang, Garut, Jawa Barat
  • Prasasti Huludayeuh, Huludayeuh, desa Cikalahang, Cirebon, Jawa Barat
  • Prasasti Ulubelu, Lampung
  • Prasasti Cikapundung, prasasti yang diduga dari abad ke-14, Bandung, Jawa Barat

BAHASA PORTUGIS
  • Padrão Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Jakarta Utara, 21 Agustus 1522